Abstract
Job enrichment atau pengayaan pekerjaan, merupakan salah satu prinsip dalam manajemen, khususnya di bidang manajemen sumber daya manusia, yang hadir dengan sebuah klaim : bahwa hal ini dilakukan dengan tujuan agar pekerja merasa pekerjaannya lebih bermanfaat, lebih menarik, dan lebih menantang serta menyenangkan. Pertanyaan yang muncul dalam situasi yang sensitif terhadap kelas sosial adalah; apakah job enrichment benar-benar memberikan kesempatan bagi manusia untuk berkembang (dan oleh karenanya menjadi terbebaskan), atau hanya sekadar istilah pengganti untuk “eksploitasi”? Dengan pendekatan filsafat Neo-Marxist, makalah ini akan mencoba untuk menjawab; 1) Realitas eksploitasi yang dilakukan korporasi; 2) Akar “kekerasan” Manajemen dalam relasi borjuis – proletar, dan legitimasi ilmu pengetahuan; dan 3) Hubungan prinsip job enrichment dan Marxisme sebagai ideologi pembebasan. Dengan metode filsafat tulisan ini menghasilkan argumen bahwa; pertama, manajemen sebagai keahlian memiliki akar historis yang lekat dengan hegemoni kelas borjuis terhadap kelas pekerja. Kedua, manajemen sebagai ilmu pengetahuan diinspirasi oleh dorongan akan efektiftas perbudakan. Jejak-jejak watak represif ini ditunjukkan oleh beragam ekploitasi yang dilakukan oleh jejaring borjuasi - perusahaan, korporat, dan bentuk perkongsian kapitalistik lainnya – sebagai sebuah bentuk “the dark side of management”. Meski masih berada di bawah bayang-bayang produksi kapitalisme – job enrichment – merupakan moda kerja yang paling tidak, cukup mendekati emansipasi sebagaimana yang dimaksud oleh Marx.