Abstract
Salah satu persoalan yang muncul dalam pendidikan di Indonesia adalah masalah kurikulum yang merupakan kebijakan pemerintah. Kurikulum yang diberlakukan di Indonesia, khususnya pada masa Orde Baru, dipandang oleh sebagian orang memiliki kepentingan politik dan terlalu sentralistik (terpusat). Melihat keadaan dan situasi pendidikan Indonesia yang demikian, ada harapan yang ditumbuhkan dengan munculnya tokoh Y.B. Mangunwijaya yang memiliki perhatian terhadap pendidikan khususnya pada anak miskin. Menurut Mangunwijaya, pola pendidikan Barat yang dibawa oleh para penjajah Belanda telah menggeser pola pendidikan tradisional Jawa yang hanya menempatkan anak dalam posisi sekunder menjadi menghargai anak sebagai individu yang merdeka. Tetapi kemudian pada era Orde Baru, pemerintahan kembali mematikan kebebasan dan kreativitas anak dengan sistem pendidikan yang hanya menyuburkan kepawangan dan mental inggih ndoro pada guru dan anak-anak. Y.B. Mangunwijaya memiliki banyak konsep tentang pendidikan. Beberapa di antaranya adalah Pendidikan dan Kebudayaan Rakyat Semesta (P dan K Rata), Masyarakat Belajar (MB), Belajar Seumur Hidup (BUH), dan Kita Saling Belajar dan Mengajar, yang kesemuanya bersinggungan dengan filsafat pedagogi kritis. Kontribusi filsafat pendidikan Y.B. Mangunwijaya adalah pembangunan Sekolah Dasar Eksperimental Kanisius Mangunan yang dijalankan menggunakan konsep pemikirannya terhadap pendidikan, dibantu oleh Dinamika Edukasi Dasar (DED) sebagai bentuk pembaharuan pendidikan.