ALTRUISME DALAM FENOMENA HAMPIR BUNUH DIRI

Abstract

Altruisme pada makhluk sosial, selain manusia, selalu menjadi topik yang menarik. Satu dari contoh tipikalnya adalah semut pekerja – semut mandul yang bekerja tanpa kenal lelah demi ratu mereka. Bisa dibilang, evaluasi menurut asas biaya-manfaat dalam sistem koloni semut sedang berlangsung di tingkat kolektif dan bukan tingkat individu. Perlu dicatat bahwa hal ini secara biologis lebih merupakan batasan yang “keras” daripada pilihan yang bersifat “pribadi”. Perilaku altruistik yang dipilih secara alami pada hewan bermanfaat bagi kelangsungan hidup dan reproduksi spesies yang membawa biaya individu (pengorbanan). Secara keseluruhan, perilaku seperti ini disebut altruisme biologis [1]. Niat dan perilaku manusia sering kali merupakan gabungan yang jauh lebih rumit dari naluri biologis dan kognisi tingkat lanjut. Perilaku altruistik pada manusia yang banyak ditemukan telah dikaitkan secara positif dengan kebahagiaan, kesehatan mental yang lebih baik, dan kesehatan fisik yang lebih baik, yang disarankan selaras dengan prinsip biologis dan evolusioner alam [2]. Dalam sebuah studi di tahun 2019 yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS), peneliti menemukan bahwa perilaku altruistik dapat menghilangkan rasa sakit fisik dengan mengurangi aktivitas otak di dorsal anterior cingulate cortex dan bilateral insula dalam merespon rangsangan yang menyakitkan [3].

Author's Profile

Analytics

Added to PP
2024-02-27

Downloads
80 (#89,884)

6 months
80 (#56,738)

Historical graph of downloads since first upload
This graph includes both downloads from PhilArchive and clicks on external links on PhilPapers.
How can I increase my downloads?