The ancient doctrine of the eternal return of the same embodies a thoroughgoing rejection of the hope that the future world will be better than the present. For this reason, it might seem surprising that Leibniz constructs an argument for a version of the doctrine. He concludes in one text that in the far distant future he himself ‘would be living in a city called Hannover located on the Leine river, occupied with the history of Brunswick, and writing letters to (...) the same friends with the same meaning.’ However, his argument concludes not that the future will be absolutely identical to the present, but rather that any finite description of the present and future worlds would be identical. In this way, the argument leaves room for the promise of a different and better future—even if it is one that could not be recognized by us as such. (shrink)

An English translation of a draft essay by Leibniz from 1715, in which Leibniz argues for the conclusion: "if humanity endured long enough in its current state, a time would arrive when the same life of individuals would return, bit by bit, through the very same circumstances. I myself, for example, would be living in a city called Hannover located on the Leine river, occupied with the history of Brunswick, and writing letters to the same friends with the same meaning.".

Reza Adeputera Tohis. NIM. 231 408 036. “Pemahaman Ideologi Dan Gerakan Mahasiswa Gorontalo Abad XX (Studi Kasus Tahun 1990-2001)” Program Studi Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Univesitas Negeri Gorontalo. 2013. Di bawah bimbingan Bapak Drs Darwin Une, M.Pd. dan Bapak Drs. Surya Kobi M.Pd. -/- Penelitian ini dimaksud untuk dapat mengetahui proses terbentuknya pemahaman ideologi mahasiswa Gorontalo dan pola gerakan mahasiswa Gorontalo abad XX khususnya pada tahun 1990-2001. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif-deskriptif. -/- Guna mendapatkan data mengenai masalah (...) di atas, maka di lakukan pengumpulan sumber yaitu wawancara dengan tokoh-tokoh yang dinilai penulis mengetahui banyak informasi mengenai masalah dalam penelitian ini dan melalaui sumber-sumber tertulis berupa buku dan arsip atau referensi yang terkait. Data yang terkumpul kemudian diperiksa validitasnya melalui teknik triangulasi sumber dan triangulasi teori. Selanjutnya data dianalsis dengan menggunakan analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu: reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. -/- Setelah melalui tahapan diatas maka ditemukan bahwa proses terbentuknya pemahaman ideologi mahasiswa Gorontalo abad XX khsusnya pada tahun 1990-2001, dibentuk oleh dua faktor yaitu: faktor pengetahuan dan faktor masalah sosial. Kemudian, pola gerakan mahasiswa gorontalo abad XX khususnya pada tahun 1990-2001, memilki dua pola gerakan yaitu: gerakan melalui demonstrasi dan gerakan melalui dialog. (shrink)