Penelitian ini bertujuan untuk melegitimasi upaya terraforming atau perekayasaan planet, oleh sebab selama ini, proyek dan upaya perealisasian terraforming selalu terbentur dengan permasalahan moral dalam wacana environmentalis. Penelitian ini bertitik tolak pada: pertama, desakan kebutuhan manusia mencari planet layak huni untuk ditinggali. Kedua, hadirnya konflik yang diprakarsai oleh para environmentalis, sehingga menyebabkan penolakan dan pertentangan terhadap terraforming dan upaya perealisasiannya. Ketiga, klaim-klaim enviromentalis yang selama ini dianggap terlalu kuat bagi pengembangan dan perealisasian terraforming. Keempat, kurangnya eksplorasi atas perspektif lain yang (...) mampu menguatkan upaya terraforming. Biosentris–fungsional dalam perspektif etika lingkungan, merupakan hasil dari kolaborasi antara perspektif biosentris sebagai inti, antroposentris sebagai tujuan, dan zoosentris sebagai pelengkap dalam mendukung legitimasi upaya terraforming. Penelitian ini, melalui sudut pandang biosentris–fungsional, berupaya untuk mematahkan berbagai argumentasi atas penolakan yang diajukan oleh para environmentalis dan menghasilkan argumentasi yang kuat “mengapa terraforming perlu untuk diupayakan bagi kelangsungan hidup manusia”. Pada pemaparan lebih jauh, perspektif biosentris–fungsional mampu membangun dimensi moralnya sendiri dengan fondasi dan argumentasi yang kuat, sehingga memungkinkan untuk dapat dijustifikasi dengan baik. Simpulan akhir dalam penelitian ini adalah upaya terraforming dalam kerangka biosentris–fungsional, tidak bertentangan dengan moralitas, dan memiliki status yang alamiah dalam alam. (shrink)

This research aims to explore the influence of electronic word of mouth (e-WOM) on purchasing decisions using a case study of Richeese Factory consumers. The research uses a qualitative approach to uncover the factors that contribute to and strengthen consumer attitudes toward related products. Through in-depth interviews and analysis, this research aims to gain a comprehensive understanding of how e-WOM influences consumer perceptions and shapes the purchasing decision process. The results of this research suggest that Richeese Factory Kisamaun Tangerang has (...) been relatively successful in implementing e-WOM strategies to influence consumer purchasing decisions, driven by considerations such as the quantity and quality of reviews, credibility-reliability, and usefulness of reviews. (shrink)

The COVID-19 pandemic has presented significant challenges to societies worldwide, imposing unprecedented restrictions on the way people grieve and commemorate their departed loved ones. In the context of Indonesia, a country renowned for its rich and expressive cultural and religious mourning practices, these restrictions have profound implications. This study explores the intricate relationship between death, grief, and the limitations imposed by pandemic-related protocols within Indonesian religious culture. Indonesia’s diverse cultural landscape encompasses a myriad of religious traditions and religious rituals that (...) offer solace and support during times of loss. However, stringent safety measures, including restrictions on funerals and burial practices, have disrupted these customs. This paper delves into the emotional and psychological impact of these restrictions on the Indonesian population, examining the tension between the deep-rooted religious and cultural practices surrounding death and mourning, and the necessity of adhering to public health measures. The results of this study unveil the silent sorrows experienced by Indonesians, who have been forced to adapt their grieving process. It explores the innovative ways in which individuals and communities have sought to maintain their religious and cultural identities while adhering to pandemic protocols. Furthermore, it reflects the resilience and adaptability of Indonesian society in the face of unprecedented challenges. By shedding light on this unique intersection of religious and cultural traditions, pandemic restrictions, and grief, this article contributes to a deeper understanding of how societies cope with losses during times of crisis. It emphasises the importance of preserving religious-cultural identity and mental well-being even amidst adversity and calls for a more nuanced approach to pandemic management that respects the cultural tapestry of a nation while safeguarding public health. (shrink)

Pekakak adalah salah satu tokoh yang memiliki pengetahuan mendalam dan perencanaan yang cermat. Saat fajar menyingsing, ia terlihat bertengger di atas pohon. Dengan kemampuan sempurna untuk mengontrol kecepatan penerbangan miliknya, seperti kapan harus memperlambat atau mempercepat, dia dapat dengan mudah menghitung cara optimal untuk menangkap ikan.

Pekakak adalah salah satu tokoh yang memiliki pengetahuan mendalam dan perencanaan yang cermat. Saat fajar menyingsing, ia terlihat bertengger di atas pohon. Dengan kemampuan sempurna untuk mengontrol kecepatan penerbangan miliknya, seperti kapan harus memperlambat atau mempercepat, dia dapat dengan mudah menghitung cara optimal untuk menangkap ikan. Ditambah pengalamannya menangani ikan di kolam, dia bisa tahu dari jauh mana ikan yang besar, kecil, gesit, atau kelam. Hanya dengan menangkap ikan pada saat yang paling tepat, dia bisa menghemat banyak waktu untuk (...) merenungkan hal-hal duniawi. Mengenal dirinya sendiri, Pekakak merencanakan setiap makanan sesuai seleranya dan, dengan demikian, melacak inventaris ikannya. Ikan kecil harus menunggu, dan ikan besar harus pergi. Dia perfeksionis, dia memperhitungkan segalanya. (shrink)